Hey dad look at me
Think back and talk to me
Did I grow up according to plan?
And do you think I'm wasting my time doing things I wanna do?
But it hurts when you disapprove all along
And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I'm never gonna be good enough for you
I can't pretend that
I'm alright
And you can't change me
Sepenggal lagu ini mengingatkan akuw pada masa2x kuliah dulu...
Terancam putus sekolah, eh kuliah ding....
curhat ke temen... bingung... gundah gulana...
Tp, semua ada jalan dari ALLAH SWT...
thanks god...
Sekilas pulang ke kampung halaman, sempat terbesit keluar dari mulut seorang ayah kepada anaknya...
"Kapan engkau menyelesaikan kuliahmu?"
sekilas, yang difikirku hanya biaya, dan biaya yang semakin tinggi...
3 tahun pun, bisa kuselesaikan..
tapi tidak menjanjikan IP kuw...
hahahaha...
Mungkin itu salah satu alasan akuw dan juga sebagai motivator untuk menyelesaikan kuliah secepatnya, dengan sedikit mengulang or SP, dengan IPK yang pas2xan...
Tapi, Alhamdulillah, akuw tetap merupakan mahasiswa yang menikmati masa-masa kuliah dengan penuh canda dan tawa...
semoga menjadi motivator untuk mu, untuk ku, dan untuk kita semua...
Amien..
Minggu, 02 Maret 2008
Senin, 18 Februari 2008
Sarung Tangan Jessie...
"Akuw baru saja membaca buku Chicken Soup for the Soul at Work, dan terdorong untuk menuliskan ceritanya di sini... gak lengkap, hanya dengan bahasa ku sendiri ya?"
Iseng-iseng, sehabis sholat saya memandang rak buku pada perpustakaan kantor, hahahaha banyak sekali buku tapi jarang tersentuh juga siy. Saya tertarik pada buku steven covey tentang habits-habits yang dia kemukakan, tapi saya sekilas sudah membaca, dan aku pikir perlu waktu lama untuk membaca dan memahami buku itu, dan kemudian tertujulah mataku ke buku chicken soup ini.
Awalnya saya menulis artikel tentang Sarjana Yang Masih Muda sebelum artikel ini, tapi dapet komentar dari nana adek angkatanku di fisika ugm. So saya semakin tertarik menulis artikel ini setelah membaca satu cerita menakjubkan ini. Kita mulai ya? dari tadi kek, hahahahaha....
Jadi suatu waktu, di suatu tempat di luar negeri sana ada seorang manager Circle K berjenis kelamin wanita. Pada tau kan Circle K? ya itu perusahaan barang dan jasa yang saat ini sudah mulai menjamur di Indonesia. Nah, konon ada yang mempertanyakan kepada wanita ini, Kenapa kamu bisa bertahan sebegitu lamanya di perusahaan Circle K ini sampai menjadi seorang manager? Akuw jelasin lagi yaks? Gak gampang loh orang mau bertahan pada suatu perusahaan, atau gak gampang loh suatu perusahaan mempertahankan karyawan berbakatnya untuk tetap bekerja pada perusahaan itu... (sekedar explanation).
Si wanita bercerita, ternyata dulu si wanita itu merupakan salah satu karyawan dengan pangkat rendah pada karyawan itu. Dulu ia masuk ke perusahaan itu ketimbang dia harus single parent merawat anaknya, dan sebagai pegangan sambil mencari pekerjaan yang lebih layak. Kemudian, suatu waktu, dia mendapat telpon dari anaknya jessie, anaknya meminta sebuah sarung tangan baseball untuk latihan pada sebuah klub base ball junior. Wanita itu berpikir, bagaimana cara untuk memenuhi permintaan anaknya. Gaji pertamanya saja bisa habis untuk membayar hutang2x belanjanya, mungkin pada gaji kedua dia baru bisa membelikan sarung tangan baseball anaknya tersebut. Kemudian pada suatu hari, wanita tersebut di panggil salah seorang managernya pada sebuah ruangan di belakang pertokoan Circle K. Wanita ini kebingungan lantaran dia takut akan dihukum oleh managernya ini, di dalam hatinya terus bertanya, kesalahan pa yang telah saya perbuat.
Sesampainya di ruangan itu, manager tersebut memberinya sebuah kotak. Kotak itu berisi sebuah sarung tangan baseball, dan berkata kepada wanita itu...
Perusahaan memang tidak mampu memberikan gaji yang cukup kepada karyawannya, tetapi bagaimana mungkin saya harus diam mendengarkan percakapanmu lewat telpon dengan anak kamu. Sebagai karyawan yang baik terhadap perusahaan dan kepada keluarga, kamu berhak mendapat itu.
Udah yah ceritanya, sebenernya ini disingkat2x siy... hehehehehe semoga kena maksudnya yah?
Sebelum temen2x menjadi seorang bos, sebelum temen2x menjadi bagian dari pengendali perusahaan besar, mungkin kita harus belajar banyak untuk mempraktekkan cinta kasih pada kehidupan selain asrama, eh asmara...
"Tuhan tahu sebagaimana kerasnya tekadmu untuk mendapatkan pekerjaan, dan tuhan selalu tau sebebrapa besar pengorbananmu dalam ketulusan memberi sumbangan pikiran dan tenaga untuk perusahaan tempat kamu bekerja".
Iseng-iseng, sehabis sholat saya memandang rak buku pada perpustakaan kantor, hahahaha banyak sekali buku tapi jarang tersentuh juga siy. Saya tertarik pada buku steven covey tentang habits-habits yang dia kemukakan, tapi saya sekilas sudah membaca, dan aku pikir perlu waktu lama untuk membaca dan memahami buku itu, dan kemudian tertujulah mataku ke buku chicken soup ini.
Awalnya saya menulis artikel tentang Sarjana Yang Masih Muda sebelum artikel ini, tapi dapet komentar dari nana adek angkatanku di fisika ugm. So saya semakin tertarik menulis artikel ini setelah membaca satu cerita menakjubkan ini. Kita mulai ya? dari tadi kek, hahahahaha....
Jadi suatu waktu, di suatu tempat di luar negeri sana ada seorang manager Circle K berjenis kelamin wanita. Pada tau kan Circle K? ya itu perusahaan barang dan jasa yang saat ini sudah mulai menjamur di Indonesia. Nah, konon ada yang mempertanyakan kepada wanita ini, Kenapa kamu bisa bertahan sebegitu lamanya di perusahaan Circle K ini sampai menjadi seorang manager? Akuw jelasin lagi yaks? Gak gampang loh orang mau bertahan pada suatu perusahaan, atau gak gampang loh suatu perusahaan mempertahankan karyawan berbakatnya untuk tetap bekerja pada perusahaan itu... (sekedar explanation).
Si wanita bercerita, ternyata dulu si wanita itu merupakan salah satu karyawan dengan pangkat rendah pada karyawan itu. Dulu ia masuk ke perusahaan itu ketimbang dia harus single parent merawat anaknya, dan sebagai pegangan sambil mencari pekerjaan yang lebih layak. Kemudian, suatu waktu, dia mendapat telpon dari anaknya jessie, anaknya meminta sebuah sarung tangan baseball untuk latihan pada sebuah klub base ball junior. Wanita itu berpikir, bagaimana cara untuk memenuhi permintaan anaknya. Gaji pertamanya saja bisa habis untuk membayar hutang2x belanjanya, mungkin pada gaji kedua dia baru bisa membelikan sarung tangan baseball anaknya tersebut. Kemudian pada suatu hari, wanita tersebut di panggil salah seorang managernya pada sebuah ruangan di belakang pertokoan Circle K. Wanita ini kebingungan lantaran dia takut akan dihukum oleh managernya ini, di dalam hatinya terus bertanya, kesalahan pa yang telah saya perbuat.
Sesampainya di ruangan itu, manager tersebut memberinya sebuah kotak. Kotak itu berisi sebuah sarung tangan baseball, dan berkata kepada wanita itu...
Perusahaan memang tidak mampu memberikan gaji yang cukup kepada karyawannya, tetapi bagaimana mungkin saya harus diam mendengarkan percakapanmu lewat telpon dengan anak kamu. Sebagai karyawan yang baik terhadap perusahaan dan kepada keluarga, kamu berhak mendapat itu.
Udah yah ceritanya, sebenernya ini disingkat2x siy... hehehehehe semoga kena maksudnya yah?
Sebelum temen2x menjadi seorang bos, sebelum temen2x menjadi bagian dari pengendali perusahaan besar, mungkin kita harus belajar banyak untuk mempraktekkan cinta kasih pada kehidupan selain asrama, eh asmara...
"Tuhan tahu sebagaimana kerasnya tekadmu untuk mendapatkan pekerjaan, dan tuhan selalu tau sebebrapa besar pengorbananmu dalam ketulusan memberi sumbangan pikiran dan tenaga untuk perusahaan tempat kamu bekerja".
Label:
gratis,
kampus,
manajemen pikiran,
pemikiran,
pola pikir,
tutorial,
wendy
SARJANA Yang Masih MUDA
Sudah lama tidak mengisi blog ini, hehehe kayaknya ini yang pertama di 2008.
Sarjana Muda, aku teringat dengan sebuah lagu bang Iwan F dengan judul sarjana muda, sehingga saya terinspirasi untuk menuliskan pengalaman saya sebagai seorang sarjana yang masi muda. Bukan sarjana muda makna judul lagu bang iwan, kalo g salah, gelar sarjana muda ditujukan untuk D3 dulu. Untuk menyamakan persepsi saja, tapi saya menggunakan sarjana muda saja untuk artian sarjana yang masih muda...boleh kan?
3,5 tahun, sekian bulan... interval waktu yang saya lalui di masa2x kuliah. Sesungguhnya, saya ingin sekali 3,5 tahun saja berkuliah, karena sudah bosan dengan mata kuliah yang ada, terlalu monoton, lingkungan kampus tidak mendukung untuk aku tetap tinggal di sana, ditambah lagi malas meminta uang untuk kos, biaya kuliah yang mahal, dan lain sebagainya. Ya, namun apa mo dikata, semua urusan perkuliahan baru selesai setelah 3,5 tahun sekian bulan..
Saat itu, saya telah dinyatakan lulus bulan pertengahan Mei 2006, tapi harus menunggu Wisuda bulan Agustus, karena terlambat Yudisium untuk Wisuda bulan Mei. Saya telah ditawarin masuk ke sebuah perusahaan di yogya dan siap dikirim ke Sumatera untuk touring promosi perusahaan. Akan tetapi, saya hanya mendapatkan cuti untuk wisuda selama 3 hari, sehingga saya menolak untuk bergabung dengan perusahaan tersebut.
Setelah wisuda, saya tunggang langgang mencari perkerjaan, dari kantor ke kantor dibawah terik matahari. Sementara itu, rekan2x sekontrakan hanya menertawakan keberadaan ku yang tiap kali gagal mendapatkan pekerjaan. Tapi menurutku bahkan saya tau bahwa perusahaan2x di Indonesia masih banyak yang hanya ingin mengeksploitasi pekerjanya tanpa gaji yang sesuai. Memprihatinkan bukan? dari situ pula saya mengetahui bahwa tidak semua perusahaan pantas untuk memperkerjakan saya, karena saya masi memiliki harga diri. Bukan hanya untuk uang, tapi saya butuh perusahaan yang bisa saya manfaatkan sebagai media pembelajaran.
Hingga suatu waktu saya tertarik dengan mengajar IT di sebuah bimbingan belajar IT kota Jogjakarta. Sangat bagus, saya bisa berkenalan dengan para mahasiswa yang rela menghamburkan duit untuk belajar sesuatu yang berbeda... kurang lebih sebulan menjadi freelance di pusat studi IT tersebut, dan saya harus mengakhiri karena saya harus berlibur Idul Fitri Ke Makassar untuk waktu yang belum bisa di tentukan. Sedih rasanya menerima sms dari siswa saya waktu itu yang menanyakan kapan akuw mengajar lagi? Ow iya, mau tahu tanggapan temen2x saya waktu ngajar? wah bpk. umar bakri mo ngajar ya? Very nice people yah?
then, saya lama berdiam di Makassar untuk liburan... Ada panggilan kerja di sebuah distributor Apple Jogja, tapi saya tidak bisa seenaknya meminta tiket ke jogja dalam waktu 1 hari, so.... melayang deh kerja di perusahaan FOTO DIGITAL ARTHA studio sebagai distributor Apple. Akhirnya saya putuskan untuk kembali ke Jogjakarta mulai meniti karir kembali...
TIba di Jogjakarta saya ditawari menjadi part timer di LPPT UGM sebagai administrator website dan desain grafis. Di LPPT saya banyak belajar tentang IT, karena ada fasilitas internet gratis di kantor. Kemudian, sebagai part timer saya acap kali membantu pekerjaan2x teknisi di LPPT, seperti manajemen server, membuat company profile, membuat buku LPPT UGM, katalog, meliput tiap unit kerja LPPT sebagai bahan company profile, dan lain sebagainya. Sesungguhnya sangat menyenangkan bekerja di sana, karena kepala LPPT pun sangat senang berinteraksi dengan saya. Akan tetapi, saya harus meninggalkan LPPT UGM menuju jakarta untuk bekerja pada sebuah perusahaan IT sebagai programmer. Ya, itu tempat saya bekerja sekarang...
Sarjana Muda, aku teringat dengan sebuah lagu bang Iwan F dengan judul sarjana muda, sehingga saya terinspirasi untuk menuliskan pengalaman saya sebagai seorang sarjana yang masi muda. Bukan sarjana muda makna judul lagu bang iwan, kalo g salah, gelar sarjana muda ditujukan untuk D3 dulu. Untuk menyamakan persepsi saja, tapi saya menggunakan sarjana muda saja untuk artian sarjana yang masih muda...boleh kan?
3,5 tahun, sekian bulan... interval waktu yang saya lalui di masa2x kuliah. Sesungguhnya, saya ingin sekali 3,5 tahun saja berkuliah, karena sudah bosan dengan mata kuliah yang ada, terlalu monoton, lingkungan kampus tidak mendukung untuk aku tetap tinggal di sana, ditambah lagi malas meminta uang untuk kos, biaya kuliah yang mahal, dan lain sebagainya. Ya, namun apa mo dikata, semua urusan perkuliahan baru selesai setelah 3,5 tahun sekian bulan..
Saat itu, saya telah dinyatakan lulus bulan pertengahan Mei 2006, tapi harus menunggu Wisuda bulan Agustus, karena terlambat Yudisium untuk Wisuda bulan Mei. Saya telah ditawarin masuk ke sebuah perusahaan di yogya dan siap dikirim ke Sumatera untuk touring promosi perusahaan. Akan tetapi, saya hanya mendapatkan cuti untuk wisuda selama 3 hari, sehingga saya menolak untuk bergabung dengan perusahaan tersebut.
Setelah wisuda, saya tunggang langgang mencari perkerjaan, dari kantor ke kantor dibawah terik matahari. Sementara itu, rekan2x sekontrakan hanya menertawakan keberadaan ku yang tiap kali gagal mendapatkan pekerjaan. Tapi menurutku bahkan saya tau bahwa perusahaan2x di Indonesia masih banyak yang hanya ingin mengeksploitasi pekerjanya tanpa gaji yang sesuai. Memprihatinkan bukan? dari situ pula saya mengetahui bahwa tidak semua perusahaan pantas untuk memperkerjakan saya, karena saya masi memiliki harga diri. Bukan hanya untuk uang, tapi saya butuh perusahaan yang bisa saya manfaatkan sebagai media pembelajaran.
Hingga suatu waktu saya tertarik dengan mengajar IT di sebuah bimbingan belajar IT kota Jogjakarta. Sangat bagus, saya bisa berkenalan dengan para mahasiswa yang rela menghamburkan duit untuk belajar sesuatu yang berbeda... kurang lebih sebulan menjadi freelance di pusat studi IT tersebut, dan saya harus mengakhiri karena saya harus berlibur Idul Fitri Ke Makassar untuk waktu yang belum bisa di tentukan. Sedih rasanya menerima sms dari siswa saya waktu itu yang menanyakan kapan akuw mengajar lagi? Ow iya, mau tahu tanggapan temen2x saya waktu ngajar? wah bpk. umar bakri mo ngajar ya? Very nice people yah?
then, saya lama berdiam di Makassar untuk liburan... Ada panggilan kerja di sebuah distributor Apple Jogja, tapi saya tidak bisa seenaknya meminta tiket ke jogja dalam waktu 1 hari, so.... melayang deh kerja di perusahaan FOTO DIGITAL ARTHA studio sebagai distributor Apple. Akhirnya saya putuskan untuk kembali ke Jogjakarta mulai meniti karir kembali...
TIba di Jogjakarta saya ditawari menjadi part timer di LPPT UGM sebagai administrator website dan desain grafis. Di LPPT saya banyak belajar tentang IT, karena ada fasilitas internet gratis di kantor. Kemudian, sebagai part timer saya acap kali membantu pekerjaan2x teknisi di LPPT, seperti manajemen server, membuat company profile, membuat buku LPPT UGM, katalog, meliput tiap unit kerja LPPT sebagai bahan company profile, dan lain sebagainya. Sesungguhnya sangat menyenangkan bekerja di sana, karena kepala LPPT pun sangat senang berinteraksi dengan saya. Akan tetapi, saya harus meninggalkan LPPT UGM menuju jakarta untuk bekerja pada sebuah perusahaan IT sebagai programmer. Ya, itu tempat saya bekerja sekarang...
Label:
cerita,
kuliah,
pengalaman,
referensi,
sarjana muda
Senin, 03 Desember 2007
DIVERGEN DAN KONVERGEN (Part 2)
Manusia memiliki dua pola pikir yang fundamental, yaitu secara divergen dan konvergen. Pola pikir konvergen ini dapat diartikan sebagai pola pikir terfokus atau spesifik, sementara pola pikir divergen diartikan sebagai pola pikir yang menyebar atau menjauh. Untuk lebih memahami kedua pola pikir ini, maka akan saya jelaskan melalui contoh sederhana berikut:
Pemicu pola pikir konvergen adalah pertanyaan yang spesifik atau tertutup. Misalkan, menanyakan warna buah, menanyakan nama hewan, menanyakan agama, menanyakan hasil pengurangan atau penjumlahan atau perkalian atau pembagian dan pertanyaan lain yang spesifik. Kemudian sebaliknya untuk pemicu pola pikir divergen, maka pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan yang tidak jelas, atau samar-samar. Misalkan, menanyakan bagaimana cara menaikkan layangan, bagaimana cara membuat sebuah lukisan, bagaimana cara memperoleh pasar untuk sebuah usaha, dan lain sebagainya. Dari contoh diatas maka pemikiran konvergen dikaitkan dengan fokus dan mengarah pada jawaban tertentu. Terpusat pada sasaran akhir merupakan keinginan dasar dari jenis cara berpikir ini. Disisi lain, pemikiran divergen dikaitkan dengan eksplorasi dan kreativitas, terbuka dan bergerak menjauh.
Untuk orang yang bersentuhan dengan dunia pendidikan, dunia kerja pada bidang science dan engineering, maka pola pikir konvergen akan sangat dihargai. Karena pola pikir ini akan terbentuk dengan sendirinya dan tanpa disadari oleh orang tersebut. Sedangkan, orang yang cenderung memiliki pola pikir divergen akan kurang dihargai dalam dunia ini, karena dapat dinilai sebagai orang yang "ngawur". Secara umum, manusia tidak bisa menjalankan kedua pola pikir ini sekaligus secara bersamaan. Akan tetapi, manusia yang memiliki pemahaman terhadap dirinya sendiri, diikuti pemahaman terhadap lingkungan sekitarnya, akan dapat melakukan kontrol terhadap dua pola pikir ini. Tidak selamanya, orang yang berkecimpung dalam dunia science harus berpikir yang pasti dan tidak memikirkan pola pengembangan kedepan atas masalah yang dihadapinya. Dan sebaliknya, tidak selamanya orang yang bekerja di lingkungan yang menuntut inovasi harus berpikir ngelantur terlalu jauh dan tidak memikirkan segi real-nya.
Pemicu pola pikir konvergen adalah pertanyaan yang spesifik atau tertutup. Misalkan, menanyakan warna buah, menanyakan nama hewan, menanyakan agama, menanyakan hasil pengurangan atau penjumlahan atau perkalian atau pembagian dan pertanyaan lain yang spesifik. Kemudian sebaliknya untuk pemicu pola pikir divergen, maka pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan yang tidak jelas, atau samar-samar. Misalkan, menanyakan bagaimana cara menaikkan layangan, bagaimana cara membuat sebuah lukisan, bagaimana cara memperoleh pasar untuk sebuah usaha, dan lain sebagainya. Dari contoh diatas maka pemikiran konvergen dikaitkan dengan fokus dan mengarah pada jawaban tertentu. Terpusat pada sasaran akhir merupakan keinginan dasar dari jenis cara berpikir ini. Disisi lain, pemikiran divergen dikaitkan dengan eksplorasi dan kreativitas, terbuka dan bergerak menjauh.
Untuk orang yang bersentuhan dengan dunia pendidikan, dunia kerja pada bidang science dan engineering, maka pola pikir konvergen akan sangat dihargai. Karena pola pikir ini akan terbentuk dengan sendirinya dan tanpa disadari oleh orang tersebut. Sedangkan, orang yang cenderung memiliki pola pikir divergen akan kurang dihargai dalam dunia ini, karena dapat dinilai sebagai orang yang "ngawur". Secara umum, manusia tidak bisa menjalankan kedua pola pikir ini sekaligus secara bersamaan. Akan tetapi, manusia yang memiliki pemahaman terhadap dirinya sendiri, diikuti pemahaman terhadap lingkungan sekitarnya, akan dapat melakukan kontrol terhadap dua pola pikir ini. Tidak selamanya, orang yang berkecimpung dalam dunia science harus berpikir yang pasti dan tidak memikirkan pola pengembangan kedepan atas masalah yang dihadapinya. Dan sebaliknya, tidak selamanya orang yang bekerja di lingkungan yang menuntut inovasi harus berpikir ngelantur terlalu jauh dan tidak memikirkan segi real-nya.
Jumat, 09 November 2007
Berpikir Divergen dan Konvergen
Cara berpikir biasanya tidak diajarkan disekolah. Apa yang harus dipelajari diperjelas melalui penilaian ujian. Sebaliknya, unsur bagaimana berpikir diserahkan kepada kita masing-masing sambil jalan. Biasanya secara tidak sadar orang mengambill pola atau gaya berpikir yang paling disukai dan tetap menggunakan seumur hidup mereka.
Jadi, bagaimana bila kita dapat meningkatkan kinerja berpikir, bukan hanya untuk perorangan, melainkan juga untuk sebuah kelompok? Hasilnya pasti akan sangat hebat.
"Apa yang harus dipikirkan dan apa yang harus diingat adalah cara lama Cara yang baru adalah bagaimana cara berpikir".
Beberapa orang percaya bahwa menerapka terlampau banyak disiplin pendidikan kepada anak-anak yang masih sangat muda akan memberangus potensi mereka dikemudian hari sebagai pemikir dewasa. Mendorong minat yang beragam di bidang musik, seni, dan kegiatan kreatif pada usia dini besar kemungkinan akan menghasilkan otak cerdas yang mampu hidup di dalam lingkungan yang dinamis.
Jadi, bagaimana bila kita dapat meningkatkan kinerja berpikir, bukan hanya untuk perorangan, melainkan juga untuk sebuah kelompok? Hasilnya pasti akan sangat hebat.
"Apa yang harus dipikirkan dan apa yang harus diingat adalah cara lama Cara yang baru adalah bagaimana cara berpikir".
Beberapa orang percaya bahwa menerapka terlampau banyak disiplin pendidikan kepada anak-anak yang masih sangat muda akan memberangus potensi mereka dikemudian hari sebagai pemikir dewasa. Mendorong minat yang beragam di bidang musik, seni, dan kegiatan kreatif pada usia dini besar kemungkinan akan menghasilkan otak cerdas yang mampu hidup di dalam lingkungan yang dinamis.
Label:
divergen,
konvergen,
kuliah,
manajemen pikiran,
pola pikir,
wendy,
wendyartstudio
Selasa, 06 November 2007
Study Oriented Vs Anak Bangsat
Saya memasuki dunia kultur yang sangat berbeda ketika menginjakkan kaki di bangku kuliah. Sebelum kuliah saya bersekolah di Bandung, kemudian saya melanjutkan study di Universitas Gadjah Mada pada jurusan Fisika. Fenomena manusia antara Bandung dan Jogjakarta sangat jauh perbedaannya. Irama kota yang santai, sopan, santun, penuh dengan tradisi aseli Indonesia tertanam keras di wajah kota Jogjakarta ini. Jauh halnya dengan Bandung, hidup ala metropolis dengan segala trend yang kerap bermunculan di sana sini.
Tersentak kaget, mungkin iya... Tersentak tertawa di dalam hati juga iya. Proses adaptasi harus tetap di jalankan, mulai dari memandang tingkah laku teman-teman kuliah saya, tutur katanya, cara mereka menanggapi hal yang menurutku tidak tabu menjadi tabu, dan sampai cara mereka menjauhi saya (Mungkin dianggap binatang buas saya ini, hehehehe). Yup, hal itu terjadi begitu saja selama saya menduduki bangku kuliah saya di Jogja. Di jam-jam kosong menunggu jam kuliah berikutnya, biasanya mereka(teman-teman saya yang manis ini) berkumpul dan belajar di sudut-sudut kampus. Sesekali coba kudekati dan membaur sama mereka, tapi mereka begitu selektif untuk memilih teman yang menurut dia mengungtungkan saja. Menguntungkan di sini adalah bisa menjadi guru untuk mata kuliah tertentu misalnya, atau dengan kata lain mempunyai kemampuan otak yang lebih tinggi darinya atau setara untuk berunding bersama. Tapi tidak jarang pula sesekali mereka menyendiri dan berusaha belajar sendiri, hingga tertidur di sudut-sudut kampus. Nah, kalau anda memiliki kategori sebagai berikut:
Tersentak kaget, mungkin iya... Tersentak tertawa di dalam hati juga iya. Proses adaptasi harus tetap di jalankan, mulai dari memandang tingkah laku teman-teman kuliah saya, tutur katanya, cara mereka menanggapi hal yang menurutku tidak tabu menjadi tabu, dan sampai cara mereka menjauhi saya (Mungkin dianggap binatang buas saya ini, hehehehe). Yup, hal itu terjadi begitu saja selama saya menduduki bangku kuliah saya di Jogja. Di jam-jam kosong menunggu jam kuliah berikutnya, biasanya mereka(teman-teman saya yang manis ini) berkumpul dan belajar di sudut-sudut kampus. Sesekali coba kudekati dan membaur sama mereka, tapi mereka begitu selektif untuk memilih teman yang menurut dia mengungtungkan saja. Menguntungkan di sini adalah bisa menjadi guru untuk mata kuliah tertentu misalnya, atau dengan kata lain mempunyai kemampuan otak yang lebih tinggi darinya atau setara untuk berunding bersama. Tapi tidak jarang pula sesekali mereka menyendiri dan berusaha belajar sendiri, hingga tertidur di sudut-sudut kampus. Nah, kalau anda memiliki kategori sebagai berikut:
- Ketawa ketiwi di suatu kelompok
- Tidak bisa memberikan andil pengetahuan untuk perkuliahan
- Punya teman atau organisasi yang membuat anda sibuk
- Kerjaan cuman bergaul dan bergaul
- dll, banyak siy
Jangan harap anda bisa diterima untuk duduk bareng mereka. Mungkin saya salah satu orang yang memiliki kriteria di atas. Hehehehehehe...
Tapi, ini bukan sebuah masalah besar dalam masa study saya di bangku kuliah. Saya adalah orang yang super iseng. Saya sering ikut-ikutan ngumpul, berusaha masuk dengan mereka, duduk bersama dengan wajah "alim" berusaha beradu ilmu dengan mereka tapi dalam hati aku tertawa terbahak-bahak. Sebegitu seriusnya mereka mengejar nilai demi nilai yang bagus. Kurang lebih seperti itulah teman-teman saya di bangku kuliah dulu yang termasuk dalam kategori mahasiswa studi oriented.
Saya tentu saja tidak memilih jalan itu, saya masih pada pendirian saya yaitu menikmati masa kuliah saya. Saya merupakan orang yang berkepribadian ganda kata teman-teman saya yang manis itu. Saya akan berbeda ketika berada di dekat mereka, dan mereka juga terheran-heran ketika bertemu saya di luar kampus dengan pergaulan yang menurut mereka terlalu berlebihan.
Suatu ketika, saya berkata dengan teman saya yang termasuk dalam golongan anak-anak manis ini (Golongan Study Oriented). Saya memang nakal, saya memang menikmatin hidup dengan lurus-lurus saja, saya tidak hanya belajar di kampus hanya untuk nilai, saya tidak hanya ikut berdiskusi atau membaca buku di sudut-sudut kampus hingga tertidur. Saya menyisihkan waktu untuk belajar beberapa jam, saya menyisihkan waktu untuk bermain dan tertawa, saya menyisihkan waktu untuk berorganisasi, saya menyisihkan waktu untuk mengembangkan minat bakat saya, saya menyisihkan waktu berinteraksi dengan orang-orang yang beragam, menyisihkan waktu pula untuk ibadah, dan juga menyisihkan waktu untuk melakukan hal yang tidak berguna mungkin. Teman saya hanya mendengarkan dan berpikir sejenak, mulai saat itu teman saya yang study oriented itu mulai menghargai saya.
Melihat kondisi seperti ini, saya berjanji saya akan buktikan kepada mereka bahwa kuliah tidak semata-mata belajar di kampus, membaca buku, berdiskusi, dan lain sebagainya. Hal ini saya buktikan ketika saya akan mengakhiri duduk di bangku kuliah, saya mendapatkan dosen pembimbing yang pintar, dengan materi kajian Tugas Akhir yang menarik, dan tentu saja dengan sangat mudah saya meraihnya.
Kebetulan saat itu Bpk. Dr. Arief Hermanto Dosen Pembimbing saya yang juga sebagai ketua Prodi. Fisika UGM sering berinteraksi dengan saya ketika saya membuat sebuah acara di kampus. Dengan santai dan Non Formal saya menanyakan masalah Tugas Akhir untuk Komputasi Fisika (Kalo gak salah mo di ganti jadi Fisika Komputasional). Saya bertanya, "Pak saya ingin mengerjakan tugas akhir komputasi, tetapi saya lemah di Fisika". Pak Arief menjawab, "Apa kamu bisa buat program animasi? Saya ingin mengembangkan disertasi saya". Percakapan demi percakapan terjadi, hingga hari itu juga saya di janjikan sebuah jurnal untuk bekal pengerjaan TA saya. Sampai pada pembuatan proposal pun saya tidak di persulit sama beliau. Bahkan pengumpulan proposal saya telat 1 hari di bandingkan teman-teman saya yang lain pun karena beliau memberi keringanan waktu. Alhamdulilah saya adalah lulusan kedua bersama teman saya Susi di angkatan saya saat itu setelah Toni teman saya yang kumlaude kurang dari 3,5 tahun. Mulai saat itu, saya dan teman-teman saya yang BANGSAT lainnya di hargai. Saat itu pula sejumlah teman-teman saya yang dulu mengucilkan kami mulai bermain bersama kami, mulai ikut apabila kami pergi keluar kota untuk refreshing, mulai ikut terbahak-bahak bersama kami.
Satu pertanyaan yang terlontar dari dalam hati saya, "Apakah kami seburuk itu?"
Hanya teman-teman yang bisa menilai kami dengan lebih bijak...
Tapi, ini bukan sebuah masalah besar dalam masa study saya di bangku kuliah. Saya adalah orang yang super iseng. Saya sering ikut-ikutan ngumpul, berusaha masuk dengan mereka, duduk bersama dengan wajah "alim" berusaha beradu ilmu dengan mereka tapi dalam hati aku tertawa terbahak-bahak. Sebegitu seriusnya mereka mengejar nilai demi nilai yang bagus. Kurang lebih seperti itulah teman-teman saya di bangku kuliah dulu yang termasuk dalam kategori mahasiswa studi oriented.
Saya tentu saja tidak memilih jalan itu, saya masih pada pendirian saya yaitu menikmati masa kuliah saya. Saya merupakan orang yang berkepribadian ganda kata teman-teman saya yang manis itu. Saya akan berbeda ketika berada di dekat mereka, dan mereka juga terheran-heran ketika bertemu saya di luar kampus dengan pergaulan yang menurut mereka terlalu berlebihan.
Suatu ketika, saya berkata dengan teman saya yang termasuk dalam golongan anak-anak manis ini (Golongan Study Oriented). Saya memang nakal, saya memang menikmatin hidup dengan lurus-lurus saja, saya tidak hanya belajar di kampus hanya untuk nilai, saya tidak hanya ikut berdiskusi atau membaca buku di sudut-sudut kampus hingga tertidur. Saya menyisihkan waktu untuk belajar beberapa jam, saya menyisihkan waktu untuk bermain dan tertawa, saya menyisihkan waktu untuk berorganisasi, saya menyisihkan waktu untuk mengembangkan minat bakat saya, saya menyisihkan waktu berinteraksi dengan orang-orang yang beragam, menyisihkan waktu pula untuk ibadah, dan juga menyisihkan waktu untuk melakukan hal yang tidak berguna mungkin. Teman saya hanya mendengarkan dan berpikir sejenak, mulai saat itu teman saya yang study oriented itu mulai menghargai saya.
Melihat kondisi seperti ini, saya berjanji saya akan buktikan kepada mereka bahwa kuliah tidak semata-mata belajar di kampus, membaca buku, berdiskusi, dan lain sebagainya. Hal ini saya buktikan ketika saya akan mengakhiri duduk di bangku kuliah, saya mendapatkan dosen pembimbing yang pintar, dengan materi kajian Tugas Akhir yang menarik, dan tentu saja dengan sangat mudah saya meraihnya.
Kebetulan saat itu Bpk. Dr. Arief Hermanto Dosen Pembimbing saya yang juga sebagai ketua Prodi. Fisika UGM sering berinteraksi dengan saya ketika saya membuat sebuah acara di kampus. Dengan santai dan Non Formal saya menanyakan masalah Tugas Akhir untuk Komputasi Fisika (Kalo gak salah mo di ganti jadi Fisika Komputasional). Saya bertanya, "Pak saya ingin mengerjakan tugas akhir komputasi, tetapi saya lemah di Fisika". Pak Arief menjawab, "Apa kamu bisa buat program animasi? Saya ingin mengembangkan disertasi saya". Percakapan demi percakapan terjadi, hingga hari itu juga saya di janjikan sebuah jurnal untuk bekal pengerjaan TA saya. Sampai pada pembuatan proposal pun saya tidak di persulit sama beliau. Bahkan pengumpulan proposal saya telat 1 hari di bandingkan teman-teman saya yang lain pun karena beliau memberi keringanan waktu. Alhamdulilah saya adalah lulusan kedua bersama teman saya Susi di angkatan saya saat itu setelah Toni teman saya yang kumlaude kurang dari 3,5 tahun. Mulai saat itu, saya dan teman-teman saya yang BANGSAT lainnya di hargai. Saat itu pula sejumlah teman-teman saya yang dulu mengucilkan kami mulai bermain bersama kami, mulai ikut apabila kami pergi keluar kota untuk refreshing, mulai ikut terbahak-bahak bersama kami.
Satu pertanyaan yang terlontar dari dalam hati saya, "Apakah kami seburuk itu?"
Hanya teman-teman yang bisa menilai kami dengan lebih bijak...
Label:
belajar,
divergen,
konvergen,
kuliah,
manajemen pikiran,
tugas,
tutorial,
wendy,
wendyartstudio
Rabu, 31 Oktober 2007
CARAKU MEMILIH MATAKULIAH
Bukan kemunafikan kalau saya tidak menargetkan IPK tinggi semasa kuliah. Jauh di dalam benak dan jiwaku semenjak SMU tertanam prinsip "Nilai Bukanlah Segalanya, belajar bukan untuk nilai". Target nilai IPK saya saat itu adalah 2,75. Bukan nilai yang tinggi, dan bukan pula nilai murahan yang bisa di raih tiap insan. Ini bukan syarat untuk bekal bekerja, bukan syarat yang ditentukan oleh kedua orangtua saya, apalagi syarat yang diharuskan oleh Universitas di mana saya kuliah. Syarat itu adalah target saya, bukan target siapa-siapa, dan bukan target untuk apa-apa. Saya hanya belajar menanamkan tanggung jawab untuk diri saya sendiri.
Alasan-alasan utama saya memilih angka 2.75 adalah:
Saat itu saya mengambil jurusan FISIKA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Salah satu jurusan yang mungkin kurang di gemari dan dihargai oleh masyarakat Indonesia. Saya menempuh masa kuliah saya selama kurang dari 4 tahun. Tidak jarang saya mendapatkan nilai jelek seperti mahasiswa lainnya. Ada beberapa matakuliah yang tidak saya senangi, dan saya sering mendapatkan nilai buruk untuk matakuliah yang tidak saya senangi. Saya selalu mempertahankan apa yang saya senangi dan berusaha fairplay untuk matakuliah yang tidak saya senangi. Saya telah mengatur matakuliah apa yang akan saya ambil di semester-semester berikutnya, dan pada semester yang mana saya akan mengambil matakuliah tersebut. Mengingat saya meiliki target maka saya harus punya planing dan tentu saja antisipasi yang sigap. Tiap semester,saya pasti kelabakan menghitung nilai yang sudah terkumpul, dan menargetkan nilai apa yang harus saya raih untuk semester berikutnya.
Saya melakukan perbaikan matakuliah di SP (Semester Pendek). Saya hanya melakukan 1 kali pengulangan matakuliah di semester wajib saya. Saya hanya mengambil 4 matakuliah di SP saat
saya kuliah dulu, 2 matakuliah sejumlah 5 SKS untuk perbaikan, 3 SKS KKN, dan satu matakuliah sejumlah 2 SKS untuk semester depan. Saya hanya mengulang matakuliah yang saya anggap dapat saya ulang dengan harapan dapat diperbaiki nilainya sesuai dengan kemampuan saya, dan saya tidak akan mengulang matakuliah yang memang tidak sanggup saya ulang. Maka dari itu, di transkript nilai saya, ada 2 "Nilai D". Dari sini, saya dapat belajar mengukur diri, dan mencari minat dan bakat saya saat kuliah.
Kuliah bukan semata-mata belajar, ujian, dan dapat nilai bagus bagi saya. Tapi kuliah merupakan tempat untuk mencari pengalaman, baik pendidikan formal dan non formal.
Alasan-alasan utama saya memilih angka 2.75 adalah:
- Karena saya tidak ingin membebankan biaya kuliah lagi kepada orangtua saya.
- Karena saya tidak ingin munafik meraih nilai yang tinggi, kalau lebih tinggi dari 2,75 syukur alhamdulilah
- Karena saya ingin ada tantangan, tidak sekedar mendapat nilai atau lulus saja.
- Saya butuh waktu di luar pendidikan formal saya.
Saat itu saya mengambil jurusan FISIKA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Salah satu jurusan yang mungkin kurang di gemari dan dihargai oleh masyarakat Indonesia. Saya menempuh masa kuliah saya selama kurang dari 4 tahun. Tidak jarang saya mendapatkan nilai jelek seperti mahasiswa lainnya. Ada beberapa matakuliah yang tidak saya senangi, dan saya sering mendapatkan nilai buruk untuk matakuliah yang tidak saya senangi. Saya selalu mempertahankan apa yang saya senangi dan berusaha fairplay untuk matakuliah yang tidak saya senangi. Saya telah mengatur matakuliah apa yang akan saya ambil di semester-semester berikutnya, dan pada semester yang mana saya akan mengambil matakuliah tersebut. Mengingat saya meiliki target maka saya harus punya planing dan tentu saja antisipasi yang sigap. Tiap semester,saya pasti kelabakan menghitung nilai yang sudah terkumpul, dan menargetkan nilai apa yang harus saya raih untuk semester berikutnya.
Saya melakukan perbaikan matakuliah di SP (Semester Pendek). Saya hanya melakukan 1 kali pengulangan matakuliah di semester wajib saya. Saya hanya mengambil 4 matakuliah di SP saat
saya kuliah dulu, 2 matakuliah sejumlah 5 SKS untuk perbaikan, 3 SKS KKN, dan satu matakuliah sejumlah 2 SKS untuk semester depan. Saya hanya mengulang matakuliah yang saya anggap dapat saya ulang dengan harapan dapat diperbaiki nilainya sesuai dengan kemampuan saya, dan saya tidak akan mengulang matakuliah yang memang tidak sanggup saya ulang. Maka dari itu, di transkript nilai saya, ada 2 "Nilai D". Dari sini, saya dapat belajar mengukur diri, dan mencari minat dan bakat saya saat kuliah.
Kuliah bukan semata-mata belajar, ujian, dan dapat nilai bagus bagi saya. Tapi kuliah merupakan tempat untuk mencari pengalaman, baik pendidikan formal dan non formal.
Label:
divergen,
e-learning,
kuliah,
pola pikir,
tutorial
Langganan:
Postingan (Atom)