Tampilkan postingan dengan label manajemen pikiran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label manajemen pikiran. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Maret 2008

I'm Not a Perfect Person

Hey dad look at me
Think back and talk to me
Did I grow up according to plan?
And do you think I'm wasting my time doing things I wanna do?
But it hurts when you disapprove all along

And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I'm never gonna be good enough for you
I can't pretend that
I'm alright
And you can't change me

Sepenggal lagu ini mengingatkan akuw pada masa2x kuliah dulu...
Terancam putus sekolah, eh kuliah ding....
curhat ke temen... bingung... gundah gulana...
Tp, semua ada jalan dari ALLAH SWT...
thanks god...

Sekilas pulang ke kampung halaman, sempat terbesit keluar dari mulut seorang ayah kepada anaknya...
"Kapan engkau menyelesaikan kuliahmu?"
sekilas, yang difikirku hanya biaya, dan biaya yang semakin tinggi...
3 tahun pun, bisa kuselesaikan..
tapi tidak menjanjikan IP kuw...

hahahaha...
Mungkin itu salah satu alasan akuw dan juga sebagai motivator untuk menyelesaikan kuliah secepatnya, dengan sedikit mengulang or SP, dengan IPK yang pas2xan...
Tapi, Alhamdulillah, akuw tetap merupakan mahasiswa yang menikmati masa-masa kuliah dengan penuh canda dan tawa...
semoga menjadi motivator untuk mu, untuk ku, dan untuk kita semua...

Amien..

Senin, 18 Februari 2008

Sarung Tangan Jessie...

"Akuw baru saja membaca buku Chicken Soup for the Soul at Work, dan terdorong untuk menuliskan ceritanya di sini... gak lengkap, hanya dengan bahasa ku sendiri ya?"

Iseng-iseng, sehabis sholat saya memandang rak buku pada perpustakaan kantor, hahahaha banyak sekali buku tapi jarang tersentuh juga siy. Saya tertarik pada buku steven covey tentang habits-habits yang dia kemukakan, tapi saya sekilas sudah membaca, dan aku pikir perlu waktu lama untuk membaca dan memahami buku itu, dan kemudian tertujulah mataku ke buku chicken soup ini.

Awalnya saya menulis artikel tentang Sarjana Yang Masih Muda sebelum artikel ini, tapi dapet komentar dari nana adek angkatanku di fisika ugm. So saya semakin tertarik menulis artikel ini setelah membaca satu cerita menakjubkan ini. Kita mulai ya? dari tadi kek, hahahahaha....

Jadi suatu waktu, di suatu tempat di luar negeri sana ada seorang manager Circle K berjenis kelamin wanita. Pada tau kan Circle K? ya itu perusahaan barang dan jasa yang saat ini sudah mulai menjamur di Indonesia. Nah, konon ada yang mempertanyakan kepada wanita ini, Kenapa kamu bisa bertahan sebegitu lamanya di perusahaan Circle K ini sampai menjadi seorang manager? Akuw jelasin lagi yaks? Gak gampang loh orang mau bertahan pada suatu perusahaan, atau gak gampang loh suatu perusahaan mempertahankan karyawan berbakatnya untuk tetap bekerja pada perusahaan itu... (sekedar explanation).

Si wanita bercerita, ternyata dulu si wanita itu merupakan salah satu karyawan dengan pangkat rendah pada karyawan itu. Dulu ia masuk ke perusahaan itu ketimbang dia harus single parent merawat anaknya, dan sebagai pegangan sambil mencari pekerjaan yang lebih layak. Kemudian, suatu waktu, dia mendapat telpon dari anaknya jessie, anaknya meminta sebuah sarung tangan baseball untuk latihan pada sebuah klub base ball junior. Wanita itu berpikir, bagaimana cara untuk memenuhi permintaan anaknya. Gaji pertamanya saja bisa habis untuk membayar hutang2x belanjanya, mungkin pada gaji kedua dia baru bisa membelikan sarung tangan baseball anaknya tersebut. Kemudian pada suatu hari, wanita tersebut di panggil salah seorang managernya pada sebuah ruangan di belakang pertokoan Circle K. Wanita ini kebingungan lantaran dia takut akan dihukum oleh managernya ini, di dalam hatinya terus bertanya, kesalahan pa yang telah saya perbuat.

Sesampainya di ruangan itu, manager tersebut memberinya sebuah kotak. Kotak itu berisi sebuah sarung tangan baseball, dan berkata kepada wanita itu...
Perusahaan memang tidak mampu memberikan gaji yang cukup kepada karyawannya, tetapi bagaimana mungkin saya harus diam mendengarkan percakapanmu lewat telpon dengan anak kamu. Sebagai karyawan yang baik terhadap perusahaan dan kepada keluarga, kamu berhak mendapat itu.

Udah yah ceritanya, sebenernya ini disingkat2x siy... hehehehehe semoga kena maksudnya yah?
Sebelum temen2x menjadi seorang bos, sebelum temen2x menjadi bagian dari pengendali perusahaan besar, mungkin kita harus belajar banyak untuk mempraktekkan cinta kasih pada kehidupan selain asrama, eh asmara...

"Tuhan tahu sebagaimana kerasnya tekadmu untuk mendapatkan pekerjaan, dan tuhan selalu tau sebebrapa besar pengorbananmu dalam ketulusan memberi sumbangan pikiran dan tenaga untuk perusahaan tempat kamu bekerja".

Jumat, 09 November 2007

Berpikir Divergen dan Konvergen

Cara berpikir biasanya tidak diajarkan disekolah. Apa yang harus dipelajari diperjelas melalui penilaian ujian. Sebaliknya, unsur bagaimana berpikir diserahkan kepada kita masing-masing sambil jalan. Biasanya secara tidak sadar orang mengambill pola atau gaya berpikir yang paling disukai dan tetap menggunakan seumur hidup mereka.
Jadi, bagaimana bila kita dapat meningkatkan kinerja berpikir, bukan hanya untuk perorangan, melainkan juga untuk sebuah kelompok? Hasilnya pasti akan sangat hebat.
"Apa yang harus dipikirkan dan apa yang harus diingat adalah cara lama Cara yang baru adalah bagaimana cara berpikir".
Beberapa orang percaya bahwa menerapka terlampau banyak disiplin pendidikan kepada anak-anak yang masih sangat muda akan memberangus potensi mereka dikemudian hari sebagai pemikir dewasa. Mendorong minat yang beragam di bidang musik, seni, dan kegiatan kreatif pada usia dini besar kemungkinan akan menghasilkan otak cerdas yang mampu hidup di dalam lingkungan yang dinamis.

Selasa, 06 November 2007

Study Oriented Vs Anak Bangsat

Saya memasuki dunia kultur yang sangat berbeda ketika menginjakkan kaki di bangku kuliah. Sebelum kuliah saya bersekolah di Bandung, kemudian saya melanjutkan study di Universitas Gadjah Mada pada jurusan Fisika. Fenomena manusia antara Bandung dan Jogjakarta sangat jauh perbedaannya. Irama kota yang santai, sopan, santun, penuh dengan tradisi aseli Indonesia tertanam keras di wajah kota Jogjakarta ini. Jauh halnya dengan Bandung, hidup ala metropolis dengan segala trend yang kerap bermunculan di sana sini.
Tersentak kaget, mungkin iya... Tersentak tertawa di dalam hati juga iya. Proses adaptasi harus tetap di jalankan, mulai dari memandang tingkah laku teman-teman kuliah saya, tutur katanya, cara mereka menanggapi hal yang menurutku tidak tabu menjadi tabu, dan sampai cara mereka menjauhi saya (Mungkin dianggap binatang buas saya ini, hehehehe). Yup, hal itu terjadi begitu saja selama saya menduduki bangku kuliah saya di Jogja. Di jam-jam kosong menunggu jam kuliah berikutnya, biasanya mereka(teman-teman saya yang manis ini) berkumpul dan belajar di sudut-sudut kampus. Sesekali coba kudekati dan membaur sama mereka, tapi mereka begitu selektif untuk memilih teman yang menurut dia mengungtungkan saja. Menguntungkan di sini adalah bisa menjadi guru untuk mata kuliah tertentu misalnya, atau dengan kata lain mempunyai kemampuan otak yang lebih tinggi darinya atau setara untuk berunding bersama. Tapi tidak jarang pula sesekali mereka menyendiri dan berusaha belajar sendiri, hingga tertidur di sudut-sudut kampus. Nah, kalau anda memiliki kategori sebagai berikut:
  1. Ketawa ketiwi di suatu kelompok
  2. Tidak bisa memberikan andil pengetahuan untuk perkuliahan
  3. Punya teman atau organisasi yang membuat anda sibuk
  4. Kerjaan cuman bergaul dan bergaul
  5. dll, banyak siy
Jangan harap anda bisa diterima untuk duduk bareng mereka. Mungkin saya salah satu orang yang memiliki kriteria di atas. Hehehehehehe...
Tapi, ini bukan sebuah masalah besar dalam masa study saya di bangku kuliah. Saya adalah orang yang super iseng. Saya sering ikut-ikutan ngumpul, berusaha masuk dengan mereka, duduk bersama dengan wajah "alim" berusaha beradu ilmu dengan mereka tapi dalam hati aku tertawa terbahak-bahak. Sebegitu seriusnya mereka mengejar nilai demi nilai yang bagus. Kurang lebih seperti itulah teman-teman saya di bangku kuliah dulu yang termasuk dalam kategori mahasiswa studi oriented.
Saya tentu saja tidak memilih jalan itu, saya masih pada pendirian saya yaitu menikmati masa kuliah saya. Saya merupakan orang yang berkepribadian ganda kata teman-teman saya yang manis itu. Saya akan berbeda ketika berada di dekat mereka, dan mereka juga terheran-heran ketika bertemu saya di luar kampus dengan pergaulan yang menurut mereka terlalu berlebihan.
Suatu ketika, saya berkata dengan teman saya yang termasuk dalam golongan anak-anak manis ini (Golongan Study Oriented). Saya memang nakal, saya memang menikmatin hidup dengan lurus-lurus saja, saya tidak hanya belajar di kampus hanya untuk nilai, saya tidak hanya ikut berdiskusi atau membaca buku di sudut-sudut kampus hingga tertidur. Saya menyisihkan waktu untuk belajar beberapa jam, saya menyisihkan waktu untuk bermain dan tertawa, saya menyisihkan waktu untuk berorganisasi, saya menyisihkan waktu untuk mengembangkan minat bakat saya, saya menyisihkan waktu berinteraksi dengan orang-orang yang beragam, menyisihkan waktu pula untuk ibadah, dan juga menyisihkan waktu untuk melakukan hal yang tidak berguna mungkin. Teman saya hanya mendengarkan dan berpikir sejenak, mulai saat itu teman saya yang study oriented itu mulai menghargai saya.
Melihat kondisi seperti ini, saya berjanji saya akan buktikan kepada mereka bahwa kuliah tidak semata-mata belajar di kampus, membaca buku, berdiskusi, dan lain sebagainya. Hal ini saya buktikan ketika saya akan mengakhiri duduk di bangku kuliah, saya mendapatkan dosen pembimbing yang pintar, dengan materi kajian Tugas Akhir yang menarik, dan tentu saja dengan sangat mudah saya meraihnya.
Kebetulan saat itu Bpk. Dr. Arief Hermanto Dosen Pembimbing saya yang juga sebagai ketua Prodi. Fisika UGM sering berinteraksi dengan saya ketika saya membuat sebuah acara di kampus. Dengan santai dan Non Formal saya menanyakan masalah Tugas Akhir untuk Komputasi Fisika (Kalo gak salah mo di ganti jadi Fisika Komputasional). Saya bertanya, "Pak saya ingin mengerjakan tugas akhir komputasi, tetapi saya lemah di Fisika". Pak Arief menjawab, "Apa kamu bisa buat program animasi? Saya ingin mengembangkan disertasi saya". Percakapan demi percakapan terjadi, hingga hari itu juga saya di janjikan sebuah jurnal untuk bekal pengerjaan TA saya. Sampai pada pembuatan proposal pun saya tidak di persulit sama beliau. Bahkan pengumpulan proposal saya telat 1 hari di bandingkan teman-teman saya yang lain pun karena beliau memberi keringanan waktu. Alhamdulilah saya adalah lulusan kedua bersama teman saya Susi di angkatan saya saat itu setelah Toni teman saya yang kumlaude kurang dari 3,5 tahun. Mulai saat itu, saya dan teman-teman saya yang BANGSAT lainnya di hargai. Saat itu pula sejumlah teman-teman saya yang dulu mengucilkan kami mulai bermain bersama kami, mulai ikut apabila kami pergi keluar kota untuk refreshing, mulai ikut terbahak-bahak bersama kami.
Satu pertanyaan yang terlontar dari dalam hati saya, "Apakah kami seburuk itu?"
Hanya teman-teman yang bisa menilai kami dengan lebih bijak...